Iklan

Di Balik Kata "Sah" yang Menipu Perempuan

Tuesday, December 2, 2025, 4:44 PM WIB Last Updated 2025-12-03T10:17:22Z

Banyak kali, pernikahan siri disajikan sebagai solusi yang mudah. "Yang penting sah di mata agama," itulah alasan yang sering dikemukakan. Tujuannya baik: menghindari perzinaan dan mempercepat pelaksanaan ibadah. Namun, setelah kegembiraan pernikahan mulai reda dan kehidupan rumah tangga dimulai, wanita sering kali berada di ambang bahaya—tanpa perlindungan, terutama dalam hal kesehatan.

Dari sudut pandang kesehatan, pernikahan siri bukan hanya urusan administrasi negara yang "dapat ditangani kemudian". Ia menjadi benteng kuat yang menghalangi perempuan dalam mendapatkan hak dasarnya untuk sehat, aman, dan bahagia.

Dinding Birokrasi Saat Tubuh Terluka

Di Indonesia, sistem jaminan kesehatan nasional (BPJS Kesehatan) sangat tergantung pada keakuratan data kependudukan (Kartu Keluarga). Pada pernikahan siri, seorang istri tidak dapat dimasukkan ke dalam Kartu Keluarga suaminya sebagai "Istri".

Bayangkan situasi berikut: Istri mengalami sakit yang sangat parah atau membutuhkan operasi darurat.

Hambatan Akses: Ia tidak dapat terdaftar sebagai anggota keluarga suami dalam BPJS PBI (Penerima Bantuan Iuran) atau BPJS perusahaan tempat suami bekerja.

Biaya Sendiri: Semua biaya pengobatan harus ditanggung sendiri. Jika suami tidak bertanggung jawab—sesuatu yang sangat mudah terjadi dalam pernikahan siri karena tidak ada ikatan hukum—maka wanita akan menghadapi kesulitan sendirian dengan kondisi tubuh yang sakit.

Bahaya di Meja Persalinan Kehidupan di Meja Persalinan Resiko di Meja Persalinan Tantangan di Meja Persalinan Maut di Meja Persalinan Perjuangan di Meja Persalinan Keselamatan di Meja Persalinan Ancaman di Meja Persalinan Kehidupan dan Kematian di Meja Persalinan Pertaruhan dalam Proses Persalinan

Fase kehamilan dan persalinan merupakan periode paling penting untuk menjaga kesehatan fisik seorang wanita. Tanpa surat nikah, akses terhadap layanan kesehatan ibu dan anak (KIA) yang menyeluruh sering kali mengalami hambatan administratif.

Lebih menakutkan lagi adalah risiko ditinggalkan. Secara medis, stres yang disebabkan oleh ketidakpastian keuangan selama kehamilan dapat memicu pre-eklamsia atau kelahiran sebelum waktunya. Jika suami siri pergi tanpa memberikan dukungan saat biaya melahirkan meningkat, beban mental dan fisik yang dialami ibu bisa berdampak buruk bagi dirinya dan bayinya.

Luka Batin: Kesehatan Jiwa yang Menurun

Kesehatan tidak hanya terkait dengan kondisi tubuh, tetapi juga kesehatan jiwa. Perempuan yang menikah secara sembunyi-sembunyi hidup dalam rasa ketidakamanan yang terus-menerus.

Kekhawatiran Terus-Menerus: Perasaan takut ditinggalkan kapan saja tanpa kemampuan untuk menuntut hak nafkah atau harta bersama memicu kecemasan (anxiety) yang berlangsung lama.

Posisi Tawar yang Lemah: Dalam kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), istri siri kesulitan memanfaatkan UU Penghapusan KDRT secara penuh karena sulit membuktikan adanya ikatan pernikahan yang sah menurut hukum. Kondisi terjebak dalam hubungan yang tidak sehat ini menjadi penyebab utama depresi berat dan luka psikologis.

Dampak terhadap Kesehatan Generasi Mendatang

Anak yang lahir dari pernikahan tidak resmi, meskipun kini dapat memiliki akta kelahiran, seringkali hanya menyebutkan nama ibunya (nasab ibu). Secara tidak langsung, hal ini menuntut ibu untuk mengemban seluruh tanggung jawab terkait kesehatan anak. Jika ibu mengalami sakit atau kesulitan secara finansial karena tidak adanya nafkah yang diwajibkan secara hukum dari ayah, akses anak terhadap nutrisi (mencegah stunting) dan vaksinasi dasar bisa terabaikan. Kesehatan anak menjadi korban dari keputusan orang tuanya.

Sebuah Renungan

Menikah sesuai dengan hukum negara bukan hanya sekadar memenuhi aturan yang berlaku. Ini merupakan bentuk perlindungan kesehatan terbaik yang dapat diberikan seorang pria kepada pasangannya. Buku nikah berfungsi sebagai "asuransi" yang menjamin bahwa saat sakit, istri memiliki hak untuk mendapatkan perawatan. Saat hamil, ia memiliki jaminan perlindungan. Dan ketika hatinya lelah, ia memiliki dasar hukum untuk mencari perlindungan.

Bagi wanita, menyadari bahaya ini merupakan langkah pertama untuk menghargai diri sendiri. Kesehatanmu, baik fisik maupun mental, terlalu berharga untuk dipertaruhkan pada janji yang tidak memiliki dasar hukum.

Komentar

Tampilkan